Fungsi dari koil adalah melipat gandakan arus menjadi tegangan tinggi untuk proses pembakaran pada mesin sepeda motor.
Namun ada perbedaan antara koil yang aplikasi sistem bahan bakar injeksi yang aplikasi ECU (Electronic Control Unit) atau ECM (Electronic Control Module) sebagai otak pengapian dan kelistrikan motor dengan motor karburator yang aplikasi CDI buat otak pengapian.
Yang pertama perbedaan secara fisik tampak dari adanya dua soket untuk arus positif dan negatif yang ada di bagian belakang koil. soket positif etrhubung ke positif bateri sedangkan soket negatif akan terhubung ke ECM dan berfungsi untuk mengatur kapan api harus memercik dan tidak . Sedangkan koil motor CDI, hanya satu soket yang terhubung ke CDI.
Yang kedua perbedaan pada tahanan koil. Kalau pada koil motor injeksi, tahanannya berkisar 2 ohm, sedangkan untuk motor CDI, biasanya tahanannya berkisar di bawah 1,5 ohm yang menandakan bahwa ada perbedaan jumlah lilitan yang ada didalam koil.
Perbedaan besarnya tahanan ini, berhubungan dengan cara kerja yang berbeda dari part pengantar percikan api ke busi. Pada sistem injeksi proses untuk membuat percikan api lebih besar juga tergantung dari voltase aki. ECU hanya memberikan signal ke koil kapan harus meletik atau tidak berdasar input yang diterima dari sensor. Jadi, besarnya api bukan tergantung dari ECU,
Kalau di koil tipe CDI, Arus yang keluar dari CDI adalah arus yang tersimpan didalam kapasitor yang ada didalam CDI yang akan terhubung ke koil dan dilipatgandakan lagi oleh koil. Misalnya, dari output yang keluar sekitar 200 volt, maka oleh koil dilipatgandakan menjadi 20.000 volt.
jadi harus teliti dalam membeli koil untuk motor kesayangan kita jangan sampai tertukar.
sekian semoga berguna..
3 comments